ANUGRAH ILAHI








Malam menyapa kegelapan melingkupi perkampungan, suara fauna malam terdengar, di balik rerumputan atau dipepohonan terkadang terdengar suara suara burung hantu, bagi yang tidak terbiasa dengan suasana seperti itu membuat tidak nyaman tidur, tapi bagi warga, sana mereka sudah terbiasa dengan suasana malam, ditaburi suara binatang malam.

  Malam melalui merayap hingga menjelang malam, suasana yang agak mencekam ditambah dengan kebiasaan warga kampong, yang tidak terlalu royal untuk menyalakan lampu di pelataran jalan, mereka cukup memasang lampu 5 watt untuk penerangan teras rumahnya, yang penting cukup melihat orang yang bertamu atau orang yang lewat agar tidak terperosok jatuh.

Mereka tidak mau kenaikan rekening listrik melebihi biaya hidupnya dalam sebulan, penghasilan mereka hanya mengandalkan hasil bercocok tanam dan itu benar-benar berspekulasi.

 misalnya kalau bertanam cabai dang yang lainnya begitu jatuh pada hari raya tentu bisa mereguk keuntungan, tapi bila sebaliknya, balik modal pun sudah untung benar-benar harga hasil tani mereka ditentukan oleh orang yang mau membeli hasil taninya yang biasa orang kota sebagai konsumen.

Di salah satu rumah penduduk tampak sepi, penghuninya sudah menutup kamar warga kampung tersebut pun kalau sudah malam, malam harinya tidak banyak aktivitas yang dikerjakan, salah satu  warga terdengar ada yang masih ngobrol, di kamar yang sempit istrinya selonjoran di samping suaminya, melihat istri  nampak buncit sesekali bundaran perutnya itu diusap-usap penuh kasih sayang.

Kang anak kita terus-terusan bergerak, suaminya pun ikut mengusap-usap perut istrinya. Sebentar lagi perutmu genap 7 bulan begitu suami membisik  istrinya.

Iya kang,, kita harus siap-siap hajat tujuh bulanan, mata suami langsung menerawang menatap langit-langit kamar yang kusam,

Tentu.., biar anak kita dapat berkah kata suami, melipat tangannya dijadikan pengganjal kepalanya.

Kalau saja akang tidak....""

Stt.... Jangan ngomong yang lain-lain, nanti ada yang mendengar hardik suami memotong ucapan istri

Iya kang…, ini pun sudah anugerah,  ya,  kita perlu bersyukur

istrinya menunduk, menatap bundaran perutnya. Perutnya memang sudah buncit.

Kata suaminya awas jangan ngomong begitu lagi, Alhamdulillah kita sekarang punya anak tuhan sayang sama kita,  anak itu bukan dari hasil yang tidak baik ini benar-benar suci dan akang menyayanginya.

Suaminya membalikkan tubuhnya memeluk istrinya dengan dilengkapi perasaan sayang.

Tangannya melingkar, tempat di atas perut istrinya yang buncit, terasa bayi di dalam perut menggeletar seolah mendengar perkataan ayahnya seoleh seolah ikut ngobrol, ayahnya tersenyum.


bersambung...... Marinan 20/5/2022

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELINTAS Media literasi, Hadir Sebagai Bagian Pelengkap Dari KBMN

SMA PGRI Sindangsono Gelar Ujian Akhir, Siswa Kelas 12

Kebahagian Keluarga Kecil, Menguliahkan Anak Sampai Menyandang Gelar Serjana.