Tidak Beralasan
Saya sangat tergelitik sungguh hari ini, dibalik rindu penuh haru pertemuan keduanya, di sebuah agenda diskusi ringan tentang menghidangkan makanan hangat yang enggan tuk mencicipinya di ibaratkan sebuah pribahasa.
Seperti buah cabe terasa pedas, yang semakin melambung dari harga pasaran, sehingga penjajak semakin engan untuk terucap:
Diam
Tak bersuara
Kaku memendam bahasa
Apakah rindu ataukah gelisah.
Sedangkan jari manis mungil, menyambut siang dengan senyum penuh makna,
Mengais Rizki dibalik detak detak peluh yang membasahi dahi sedikit di kerutkan, sehingga hidangan itu kami terima, dengan penuh harapan kedepannya ada perbaikan.
Saya menggap Itulah hidangan,yang tak memiliki makna, arti hanya obrolan biasa tapi kuarang enak di telingan, karema yang dihidangkan mungkin sedikit basi, oleh para penyaji, walau pun apa yang kami cicipi tidak senikmat masakan sunda, yang selalu menyajikan hidangan sesuai keinginan orang lain.
Obrolan, seperti perjalanan waktu semakin mendekati waktu solat asar, para hadirin mungkin dianggap sudah cukup menikmati sajian sajian, dari penyaji yang semakin sore semakin lahap menyantap hidangan tersebut.
Asin
Memang terasa
Dikala menyicipi hidangan
Entah kenapa rasanya aneh
Beda sajian mungkin sering terjadi di antara manusia, tapi dalam perbedaan itu jangan sampai dijadikan satu alasan untuk sama sama tidak menyukai setiap sajian sajian yang dihidangkan oleh hadirin yang hanya melihat, dan merasa kelu disaat membuka hantaran vois dengan kalimat sederhana dan sengaja di sederhanakan agar di mengerti, di resapi ketika bahasa terucap.
Namun terkadang memadukan bahasa tidaklah sulit ketika obyek bisa mengerti ketika di ajak duduk bareng, agar semuanya jelas, tidak ada masalah.
Sambil menyeruput kopi yang di buatkan salah satu OB, kemudian saya meminta kembali untuk menguraikan, menjelaskan dari sajian yang kurang pas, karena menyimpang dari agenda.
Kemudian saya mencolek teman yang kebetulan berada disamping saya, untuk mempertanyakan yang sesuai poin poin yang dianggap kurang bisa di pahami, dengan lantangnya dia bicara:
Maaf para penyaji yang ada didepan, tolong di ulangi poi poin yang disajikan kami tidak menerima inti sari yang di sampaikan tadi.
Poin pertama kesanya, tidak baik kalau harus di tayangkan lagi pula kata kata itu kurang pas dengan agenda hari ini.
Poin kedua, kami kurang setuju kalau pemanis dicampur dalam adonan kue,karena pemanis itu kurang baik untuk kesehatan kita dan orang lain mohon di kaji ulang ujar teman yang berada di samping saya tadi.
Senin,12/3/2022.marinan
Waahhh... kata-katanya penuh makna, sampai saya baca berulang-ulang. Keren pa tulisannya. Ini tentang kritik sosial ya...maaf kalau salah.
BalasHapusIya ungkapan kritik ya?
BalasHapusHaturnuhun,dan tetimakasih banyak bu
BalasHapus